POSMETRO MEDAN,Medan- Seiring meredupnya daun cerutu Deli di pasar Eropa, pandangan para pekebun (planters) mulai beralih ke getah karet. Permintaan ban mobil di Amerika Serikat pada dekade 1910-an memicu lonjakan kebutuhan karet yang tak terelakkan.
Para pengusaha perkebunan merespons cepat sebagian lahan tembakau diubah menjadi kebun karet.
Deli Maatschappij memulai perintisan pada 1902 dengan 5.000 pohon karet di Langkat, berkembang menjadi 21.000 pohon beberapa tahun kemudian. Perusahaan Swiss, Sumatra Rubber Plantation Ltd, bahkan sudah menanam 10.000 pohon sejak 1899.
Luas Kebun Membesar Pesat
Tanaman karet berkembang pesat, dari 29 ribu hektare pada 1910 menjadi 150 ribu hektare pada 1920, lalu 273 ribu hektare pada 1930. Pasar utama tetap Amerika Serikat, menyerap hampir seluruh produksi ekspor.
Masyarakat lokal juga mencoba menanam karet di lahan mereka, namun "karet rakyat" tertahan oleh kebijakan penguasa dan perusahaan, khawatir mendorong pencurian hasil.
Produk mereka dijual lewat rantai pedagang panjang, sehingga harga yang diterima petani relatif rendah dibandingkan perkebunan besar yang langsung mengekspor ke luar negeri.
Sawit, Minyak Hijau yang Mengalir
Kelapa sawit menjadi komoditas ketiga yang menjanjikan. Awal abad ke-20, perkebunan pertama muncul di Tanah Ulu, Batubara, dan Pulau Raja oleh investor Belanda dan Inggris.