POSMETRO MEDAN, Medan – Musyawarah Daerah (Musda) IV Partai Hanura Sumatera Utara yang digelar di Hotel Grand Mercure, Jalan Perintis Kemerdekaan, Medan, Minggu (20/7/2025), menetapkan El Adrian Shah, SE, MIP secara aklamasi sebagai Ketua DPD Hanura Sumut periode 2025–2030.
Penetapan ini menegaskan kembali kepercayaan penuh kader Hanura Sumut kepada El Adrian Shah. Tak ada calon lain yang muncul hingga batas akhir pendaftaran pada 18 Juli 2025, sebagaimana disampaikan Ketua Panitia Musda, Mahmudin Hamzah Sinaga. Situasi itu menjadikan Musda berlangsung tanpa debat visi-misi—hanya satu nama yang diteriakkan dan disepakati bersama: El Adrian.
Di hadapan para pengurus DPC dan kader yang hadir, El Adrian dalam pidato politiknya, menekankan pentingnya kejujuran, kekompakan, serta semangat membangun kembali Hanura Sumut yang sempat lesu.
"Saya tak bisa bekerja sendiri," ucap El. "Kemenangan hanya bisa lahir kalau DPC sampai ke ranting bersatu membesarkan partai yang kita cintai ini," kata El. Ia maju bukan demi popularitas, tetapi demi menjaga eksistensi partai yang sempat tenggelam dalam riuhnya peta politik nasional.
Hadir dalam Musda IV tersebut sejumlah tokoh penting partai, di antaranya Wakil Ketua Umum DPP Hanura Dr (c) H Patrice Rio Capella, SH, M.Kn, Dr Lili Pintauli Siregar, SH, MH, Wasekjen Bidang Ideologi dan Politik Ratna Ester Limbantobing, SH, S.IP, MM, Korwil I Aceh-Sumut Ir H Dasril, MM, serta Ketua Umum DPP Lasmura Heru Mergi Pangestu.
Dalam sambutannya, Rio Capella menegaskan target Hanura untuk menjadikan Sumut sebagai basis perolehan kursi legislatif pada Pemilu 2029. Namun, tantangan itu tidak ringan. Di luar arena Musda, dinamika politik Sumut diwarnai oleh sikap pragmatis pemilih, fleksibilitas kader, serta dominasi logistik yang makin menentukan arah suara.
Beberapa pengurus DPC yang enggan disebutkan namanya menyebut bahwa konsolidasi partai di akar rumput masih belum maksimal. "Sinyal dari DPD bagus, tapi di bawah kami masih cari arah," ujar salah satu Ketua DPC.
Itulah tantangan besar yang harus dihadapi El Adrian: menyatukan kembali semangat yang mulai terkoyak oleh waktu dan memastikan bahwa aklamasi bukanlah simbol stagnasi, melainkan awal dari kerja nyata.
Musda IV hanyalah pembuka jalan. Medan sesungguhnya adalah Pemilu 2029, di mana pembuktian bukan di podium, tetapi di suara rakyat. El Adrian mengaku siap, namun kepemimpinannya akan diuji bukan oleh siapa yang memilihnya hari ini, melainkan oleh seberapa besar ia mampu membumikan janji ke dalam kerja-kerja konkret.
Sebab dalam politik, aklamasi bukanlah akhir. Ia hanyalah awal. Dan Partai Hanura Sumut kini punya waktu lima tahun untuk membuktikan bahwa mereka masih layak disebut sebagai partai pejuang—bukan sekadar pewaris nostalgia.