POSMETRO MEDAN,Medan – Sejarah Tanah Deli tidak bisa dilepaskan dari kehadiran para tuan kebun Eropa yang membawa tradisi perkebunan modern ke Sumatera Timur.
Dalam catatan M. Abdul Ghani (Jejak Planters Tanah Deli), para tuan kebun asing bukan sekadar membuka lahan, tetapi juga meninggalkan jejak peradaban yang membentuk wajah ekonomi, sosial, hingga tata ruang Kota Medan saat ini.
Pada akhir abad ke-19, perkebunan tembakau Deli menjelma sebagai salah satu yang termasyhur di dunia. Para planter Eropa membangun sistem perkebunan dengan disiplin ketat, yang kemudian menjadi model bagi perkebunan lain di Hindia Belanda.
Mereka membawa teknologi, metode budidaya, hingga tata kelola buruh yang keras, namun dianggap efisien pada masanya.
Warisan mereka tidak hanya tertinggal pada hamparan kebun tembakau, tetapi juga pada infrastruktur, jalur kereta api, bangunan perumahan bergaya kolonial, serta kantor administrasi yang kini menjadi bagian identitas Medan.
Dari sinilah lahir istilah planter's way of life, sebuah gaya hidup yang mencerminkan percampuran antara kultur Eropa dengan tanah tropis Nusantara.
M. Abdul Ghani mencatat, para planter di Tanah Deli juga membangun komunitas eksklusif lengkap dengan klub sosial, olahraga, hingga perkumpulan musik.
Namun, di balik romantisme itu tersimpan catatan kelam tentang kerja paksa, kontrak buruh, dan ketidakadilan sosial yang dialami ribuan pekerja dari Jawa, Tiongkok, hingga India.
Kini, sejarah para planter masih dapat disaksikan melalui bangunan kolonial, perkebunan tua, dan ingatan kolektif masyarakat. Deli, dengan segala warisan sejarahnya, tetap menjadi simbol kuatnya pengaruh tuan kebun dalam membentuk wajah Medan dan Sumatera Utara. (erni)