Faisal Matondang dan Zulkifli Tanjung. (ist/fb)
POSMETRO MEDAN, Medan-POSMETRO MEDAN. Lahir dari rahim jurnalisme sex 'n crime hingga ditakdirkan merajai pasar koran, inilah cukilan sejarah prestasi media yang terbukti punya sumbangsih memajukan Sumatera Utara.
Adalah AC Nielsen sang penyemat 'koran punya sumbangsih' itu. Award buntut hasil analitik perusahaan berpusat di New York City itu bermula dari sejarah Tanah Air, awal era 2000.
Sebagai raksasa riset pasar global, Nielsen saat itu tertarik meneliti rakyat Indonesia yang diketahui baru bikin sejarah besar: lepas dari belenggu otoritarianisme.
Anda termasuk saksi masa bernama reformasi itu. Saksi di tengah gelombang tuntutan perubahan yang datang bersama desakan praktik bernegara menuju arah penegakan demokrasi.
Nah, sebagai prasyarat demokrasi, kebebasan pers --yang berfungsi meningkatkan nilai intelektual dan moral manusia-- menjadi fokus riset Nielsen di republik ini.
Digelar di sejumlah kota besar, riset itu terjadi sepanjang awal masa reformasi atau tahun-tahun pembuka abad 21.
Medan, salah satunya. Dari kota ini, hasil riset menelaah perilaku media massa plus pembaca dan segmen pasar, mengantar tim surveyor Nielsen menemukan koran dengan brand fenomenal.
Hadir dengan gaya bahasa dikenal prokem bahkan nyeleneh, koran penerima award AC Nielsen di tahun-tahun berlalu itu adalah POSMETRO MEDAN.
Dengan sejarah tiras nyaris menembus 100 ribu eksemplar, penghargaan dari lembaga riset media itu membuat harian anak usaha Jawa Pos ini diakui punya pahala sosial karena menumbuhkan minat baca masyarakat Medan atau Sumatera Utara.
"Berani, interaktif, unik. Nah, 'unik', karakter itu yang sulit ditonjolkan oleh harian-harian lain. Kalau berani, ya semua koran berani (soal pemberitaan). Semua (media) juga interaktif terhadap pembacanya," tutur H. Lokot Ray (Almarhum), wartawan '3 zaman' di Medan, soal resep keberhasilan POSMETRO MEDAN.