Hari ini, Minggu 5 Oktober, 80 tahun yang lalu, Tentara Nasional Indonesia (TNI) terbentuk. Diksi pembentukan ini disebutkan sebagai "Hari TNI" pada perhelatan yang digelar di Lapangan Merdeka Medan, Minggu, 5 Oktober 2025, meski pada kartu undangan , Spanduk dan baner-baner disebutkan "Peringatan HUT ke-80 TNI".
Dan seperti pada perayaan-perayaan sebelumnya, perhelatan ini juga dilakukan penganugerahan tanda kehormatan serta penyerahan piagam penghargaan kepada para prajurit berprestasi.
Dimeriahkan dengan defile pasukan serta parade alat utama sistem senjata (alutsista) yang menampilkan 70 unit kendaraan tempur dan peralatan modern dari tiga matra TNI.
Sebagai penutup rangkaian acara, Kodam I/Bukit Barisan menggelar Panggung Prajurit yang diisi dengan pemotongan nasi tumpeng oleh Kasdam I/Bukit Barisan.
Termasuk potongan tumpeng yang diberikan kepada prajurit berprestasi sebagai bentuk apresiasi, yakni Serda Tubeski Sirait dari Yonzipur 1/DD, Serda Ismalia Aleyda Putri dari Koderal I, dan Mayor Kes Dede Tari Kusrini dari Lanud Soewondo.
Seluruh Prajurit TNI pasti sangat bergembira dengan perayaan ini. Lebih dari itu, Hari TNI, tapi juga "Hari Raya Rakyat". Kenapa? Ada puluhan ribu rakyat Provinsi Sumatera Utara berkumpul di Lapangan Merdeka Medan. Jutaan rakyat Indonesia lainnya yang turut merasakan kemeriahan Hari TNI, baik yang dilaksanakan di Lapangan Monas Jakarta dan seluruh Provinsi lain di Indonesia. Ini sudah pastikan melebih jumlah anggota TNI itu sendiri.
Kenapa "Rakyat" begitu antusiasnya menyaksikan Hati TNI? Tentu saja kita harus kembali mengingat sejarah panjang berdirinya TNI itu sendiri.
TNI dibentuk melalui perjuangan bangsa Indonesia untuk mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dari ancaman Belanda yang ingin kembali berkuasa menjajah Indonesia melalui kekerasan senjata.
Editor
: Salamudin Tandang